21 Desember 2012

KISAH KLASIK UNTUK MASA DEPAN


Kenaikan kelas XII baru saja seminggu yang lalu. Di SMA Kartini, yaitu salah satu SMA favorit di kota Bantul sudah tersiar kabar tentang adanya pelajaran tambahan atau les. Les terutama diperuntukkan bagi murid-murid kelas XII yang akan menempuh Ujian Nasional (lebih kerennya disingkat UN alias uji nyali. Hehehe ☺). Sebelum adanya Keputusan Menteri Pendidikan Bambang Sudibyo, UN rencananya akan dilaksanakan pada bulan April 2010 tetapi menyusul Keputusan Menteri Pendidikan maka UN akan dilaksanakan lebih awal satu minggu yaitu pada tanggal 22 Maret 2010.
“Baru masuk  satu minggu aja udah ada les.” sungut  cewek yang aslinya berambut cepak kalau jilbabnya dilepas. Cewek itu bernama Key, Kaila Nevada tepatnya. Sungutan cewek tomboi itu membuat suasana kelas XII IPS 2 semakin mirip dengan pasar. Kata-kata yang muncul pun entah ada artinya atau tidak di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, itu lho kamus yang tebalnya bisa buat bantal. Hehehe ☺).
“Key, kamu mau les di luar nggak?” tanya Alya, cewek yang tingginya bak tiang bendera dan badannya seperti sapu lidi pada Key yang tengah sibuk makan kuwaci.
“Belum tahu Al, aku belum tanya sama orang tua. Kamu sendiri gimana?” Key balik bertanya pada Alya, ia hanya mengangkat bahu.
Ipus, cewek berkulit hitam yang rajin membaca buku menimbrung pembicaraan Key dan Alya.
“Les aja Key, bareng sama aku. Pasti seru.” Ipus terlihat antusias.
“Iya Key, Al. Aku malah udah mendaftar di Neutron (bukan promosi lho, ☺).” cerocos Ningrum yang tiba-tiba muncul. Jawaban Key sama seperti Alya, hanya mengangkat bahu.
Selang beberapa saat, terdengar pengumuman dari pengeras suara. Kira-kira bunyinya seperti ini: “Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Pengumuman. Pengumuman ini ditujukan kepada seluruh kelas XII baik IPA maupun IPS bahwa nanti sore akan diadakan Uji Coba UN I. Sekian. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Langsung saja tanpa dikomando murid-murid kelas XII menyambut pengumuman tersebut dengan kor yang panjang dan lama. Meskipun hanya Uji Coba UN, tetapi rasanya terlalu cepat untuk murid-murid yang baru satu minggu naik ke kelas XII. Siapapun dia pasti blingsatan, sekali pun anak itu pandai.
Selesai Uji Coba UN I, murid-murid berhamburan keluar kelas dengan wajah yang tak enak dipandang layaknya baju kusut yang jarang disetrika. Begitu halnya dengan Key yang memang semalam tidak belajar karena menonton pertandingan sepak bola di TV.
“Gimana Nel, bisa mengerjakan nggak?” pertanyaan retoris Key seolah lucu hingga membuat Nella tertawa.
“Hahaha... Kamu sendiri gimana, emang bisa?” Nella balik bertanya lalu meninggalkan Key yang masih merapikan isi tasnya.
Rumah Key yang tak jauh dari sekolahnya membuat Key tidak harus berlama-lama berada di jalan. Sesampainya di kamar dilemparnya tas punggung abu-abu ke meja belajarnya, namun karena Key bukan Kobe Bryan (itu lho pemain basket yang jago banget) lemparannya agak-agak meleset. Jadilah tas sekolah itu mendarat dengan damai di kolong meja belajarnya. Tapi Key cuek angsa. Dilepasnya sepatu dan seragam abu-abu yang sedari tadi menempel di tubuh mungilnya itu, lalu bersiap untuk mandi.
Kungkong... Kungkong...
Nada SMS  handphone Key berbunyi.
^syg, udh plang?^
SMS dari Tyo, kakak kelas Key saat Tyo masih SMA dulu sekaligus pacar Key sejak ia kelas XI.
^udh kq, cpek bgt nih.^ balas Key dengan cepat.
Akhirnya Key lupa dengan niatnya untuk mandi, malah sibuk ber-SMS ria dengan sang pacar. Melihat hal tersebut ibu Key mengomel.
“Kamu ini bukannya mandi atau bantu-bantu ibu malah cengar-cengir nggak jelas di kamar!” omel ibunya. Key sudah biasa mendengar omelan seperti itu, ia hanya mencibir tak jelas.
Sampai hari ketiga adanya Uji Coba UN I, keadaan tak jauh berbeda dengan hari pertama. Lama kelamaan murid-murid kelas XII SMA Kartini terbiasa dengan adanya les atau Uji Coba UN yang entah sudah sampai yang keberapa itu.
Key, Alya, Nella, serta murid-murid kelas XII IPS 2 lainnya terhanyut dalam suasana kelas yang hening. Mereka sibuk berkutat dengan soal-soal integral. Ibu Hasti, guru Matematika kelas XII merupakan salah satu guru termodis versi SMA Kartini namun agak keras mengajarnya mengamati anak didiknya yang sedari tadi mengerjakan soal-soal ulangan yang ia berikan. Sesekali ibu guru modis itu berdiri dan mengingatkan murid-muridnya untuk belajar yang baik dan benar, maksudnya adalah murid-murid tidak menyontek saat ulangan dalam bentuk apapun.
“Kalian termasuk anak-anak yang beruntung hidup di zaman sekarang. Belajar pun sudah tentu nyaman dengan fasilitas yang ada. Bayangkan zaman ibu dulu. Mau belajar saja susah karena tidak punya buku panduan, sedangkan kalian sudah ada berbagai fasilitas bahkan internet. Sudah bisa mencari apa pun di internet. Bla bla bla bla bla...” pidato Ibu Hasti kepada murid-muridnya yang memanfaatkan waktu tersebut dengan lirik kanan kiri, tengok depan belakang. Tak selang berapa lama bel tanda berakhirnya jam pelajaran pun berbunyi, namun masih banyak murid kelas XII IPS 2 yang belum selesai mengerjakan ulangan.
“Ayo, cepat kumpulkan sekarang!” perintah Ibu Hasti.
Key yang mendapat jatah duduk di belakang pun blingsatan karena dari 5 soal yang diberikan ia hanya dapat mengerjakan 3 soal saja.
“Tam, bantuin dong!” rengek Key pada teman di depannya yaitu Tama, cowok yang jago bermain voli.
“Aduh Key, lihat nih aku cuma bisa ngerjain 3 soal aja. Nah itu sama kayak punya kamu.”
“Tama, Key, jangan saling bertanya. Cepat kumpulkan!” Ibu Hasti ternyata melihat adegan panik murid-muridnya itu.
Hari Senin, tanggal 22 Maret 2010 telah di depan mata. Dengan perasaan gugup namun mantap, Key berangkat dari rumahnya. Meskipun jalanan cukup ramai, tak sulit rasanya untuk menemukan orang berseragam putih abu-abu. Sesampainya di sekolah Key menghampiri teman-temannya. Ada yang membaca buku dengan tenangnya, seperti Ipus. Ada yang komat kamit menghafal atau berdoa seperti Alya dan Ningrum. Bahkan ada yang sibuk bermake-up ria seolah sebentar lagi tidak terjadi apa-apa.
“Woi Ma, yang lain sibuk membaca dan menghafal kenapa kamu malah sibuk dandan?” tanya Key pada Fatma yang sedang asyik memoles bibirnya dengan lipgloss (itu lho lipstik yang bisa bikin bibir lembab dan terlihat menceling).
“Ah kamu Key, daripada tegang mending dandan kan? Lihat tuh Mono, dari tadi keluar masuk kamar kecil. Kamu sendiri apa tidak tegang?” tanya Fatma.
“Aku sudah pasrah pada Yang Di Atas. Semoga saja diberi kelancaran dan kemudahan. Amin.” Key mengamini sendiri doanya.
“Hahaha... Kayak orang mau perang aja kamu Key.”
“Lhoh, memang mau perang kan?”
Dering bel SMA Kartini yang bunyinya seperti penjual es krim keliling (itu lho yang bunyinya tululululululut tululut tululut tululululululut tulut tulut) berbunyi 1x, pertanda murid-murid harus masuk ke dalam ruang ujian. Lima belas menit kemudian bel berbunyi 2x, pertanda UN tahun 2010 dimulai.
Key yang duduk di deretan terdepan atau Tama yang berada di deretan akhir sama-sama memeras otak memutar kembali ingatan-ingatan pelajaran yang telah diajarkan untuk menjawab soal-soal UN Bahasa Indonesia.
Aduh, kenapa sih ini otak tidak mau diajak kompromi. Batin Key, ia merasa kesulitan untuk mengingat tentang perluasan makna kata seperti ameliorasi, peyorasi, dan istilah lain tentang itu. Namun Key tidak mau ambil pusing, ia melewati soal itu dengan harapan akan mengingat kembali setelah yang lainnya ia kerjakan. Benar saja, saat bel peringatan berbunyi Key telah menyelesaikan soal-soal ujian Bahasa Indonesia tersebut. UN I pun selesai kemudian istirahat 30 menit.
Setelah sholat dhuha, Key menuju ke kantin untuk sekedar membeli permen. Bel pun berbunyi lagi, segera murid-murid masuk kembali ke dalam ruang yang menentukan mereka akan lulus atau gagal. Ujian selanjutnya adalah Sosiologi. Pelajaran yang satu ini mengandung berbagai unsur dari pelajaran lain seperti pelajaran Sejarah, Kewarganegaraan, bahkan Matematika. Meskipun demikian bacaan yang ada tidaklah sebanyak pada ujian Bahasa Indonesia.
Saat bel berbunyi tiga kali pertanda ujian telah selesai, terlihat pengawas meminta lembar jawaban Laura secara paksa. Lalu sesampainya di luar Laura merutuk tak jelas.
“Huh... Sebel, sebel, sebeeel. Belum selesai juga main ambil aja. Huh, nyebeliiiinnn.rutuk Laura penuh emosi.
Tak ada yang menanggapi ocehan Laura, masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri. Terlihat di pojok kantin Dyah tersedu, Key pun menghampiri teman satu kelasnya itu.
“Kenapa Yah?” tanya Key dengan hati-hati.
“Hiks... Hiks... Hiks... Dari 50 soal yang ada, hanya 35 soal yang bisa aku jawab dengan pasti sedangkan yang 15 belum asal aku jawab. Huhuhuhuhu. Gimana ini Key? Hiks... Hiks...” jawab Dyah disela-sela tangisannya.
“Sudahlah Yah, mau gimana lagi. Serahkan saja semua sama Yang Di Atas. Kamu berdoa aja agar semua jawabanmu tadi benar. Dan kamu harus fokus dengan pelajaran untuk ujian besok.” ujar Key sok bijak.
Dyah tidak menanggapi kata-kata Key, ia malah pergi meninggalkan Key yang berusaha menenangkan dirinya.
Lima hari Key dan teman-temannya berjuang memeras otak dan memutar memory untuk menjawab soal-soal UN.
Hari-hari menunggu pengumuman pun terasa begitu lama dan membosankan.  Itulah yang dirasakan Key saat ia hanya sendiri di rumahnya.
“Ah... Ingin rasanya bekerja. Tapi aku bisa apa?” tanya Key pada dirinya sendiri.
“Kau tak sendiri, ku slalu bersamamu. Temani aku, sampai habisnya waktu...”
Lagu milik Mita Mamamia yang menjadi ringtone di handphone Key berbunyi.
“Halo...  Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.” ucap Key.
“Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.” jawab yang diseberang telepon. “Sayang, kamu di rumah nggak? Temeni aku yuk.” pinta Tyo pada ceweknya itu.
“Memang mau kemana?”
“Ke workshop kerja part time. Mau kan?”
“Wah kebetulan tuh. Yaudah aku mandi dulu ya, dah sayang.” Key mengakhiri telepon.
Tak kurang dari 1 jam Tyo datang mengenakan setelan HEM putih sampai siku, celana panjang hitam, dan sepatu kets putih. Sangat serasi dengan kulitnya yang kuning bersih. Key tak kalah macho walaupun ia cewek. Ia memakai HEM hitam panjang, celana pensil abu-abu, dan sepatu kets hitam.
Sesampainya di tempat workshop banyak yang mengira Key cowok, tetapi Key dan Tyo cuek angsa. Acara tersebut berlangsung selama 2 jam, waktu yang cukup untuk membuat sepasang kekasih itu lapar. Maka dalam perjalanan pulang mereka menyempatkan untuk makan di tempat langganan mereka, yaitu di warung mie ayam asal Wonogiri “Pak Manto” (tempatnya mudah dijangkau karena berada di dekat perempatan Kasongan).
Pengumuman hasil UN pun tiba, yaitu tanggal 26 April 2010. Di SMA Kartini hampir semua muridnya merayakan kemenangan, namun ada dua anak yang ternyata gagal dalam UN Utama. Seorang cowok dari kelas XII IPA 1 Jeni dan seorang cewek dari kelas XII IPA 2 Reina, mereka gagal dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Meskipun kami yang datang saat itu merasa senang tetapi terselip pula rasa duka karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk kedua teman mereka. Usai acara pengumuman, diadakan baksos (alias bakti sosial gitu. ☺) ke tempat-tempat yang sudah ditentukan sebelumnya. Kelas XII IPS 2 mendapat jatah di sebuah panti asuhan yang tak jauh dari SMA Kartini.
Ritual coret-mencoret baju tak terelakkan lagi. Hal itu seakan sudah menjadi tradisi setelah acara kelulusan. Kali ini hanya sebagian murid dari kelas XII IPS saja yang melakoni acara coret-mencoret dan saling membubuhkan tanda tangan, entah itu temannya sendiri, adik kelas, ibu kantin, bahkan sampai penjual rujak es krim dan empek-empek yang mangkal di depan SMA Kartini. Pilox biru, ungu, hijau, kuning, merah dan warna-warna lain menghiasi baju yang penuh dengan coretan-coretan.
“Woi... Mau konvoi kemana nih?” tanya Dino, cowok dari kelas XII IPS 1 yang otaknya dipenuhi dengan hal-hal porno kepada teman-teman social (sebutan untuk anak-anak IPS gitu lho. ☺).
“Terserah, tapi jangan lewat jalan raya ya? Aku belum punya SIM.” pinta Laura. Langsung saja tawa anak-anak social membahana di pinggir jalan depan SMA Kartini.
Konvoi pun dimulai. Key yang diboncengi Hanna tampak di deretan depan arak-arakan sepeda motor itu.
“Han, alhamdulillah ya kita lulus, ya walaupun sekolah kita tidak bisa 100%.” ucap Key sambil teriak karena gemuruh suara sepeda motor milik Feri yang knalpotnya diblombong.
“Iya, alhamdulillah banget Key.” balas Hanna tak kalah keras.
            Aku tak akan melupakan saat-saat indah bersama kalian teman-temanku. Semoga kita sukses meskipun kita tak bersama lagi. Selamat jalan teman-temanku. Aku sayang kalian semua. Batin Key, ia pun tak kuasa menitikkan air matanya.
            “Jabat tanganku mungkin untuk yang terakhir kali
            Kita berbincang tentang memory di masa itu
Peluk tubuhku usapkan juga air mataku
Kita terharu seakan tiada bertemu lagi

Bersenang-senanglah...
Karena hari ini yang kan kita rindukan
Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bersenang-senanglah...
Karena waktu ini yang kan kita banggakan
Di hari tua

Sampai jumpa kawanku semoga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan

Bersenang-senanglah...
Karena hari ini yang kan kita rindukan
Di hari nanti

Mungkin diriku masih ingin bersama kalian
Mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian”

(Kisah Klasik-Sheila On 7)