Kenaikan kelas XII baru saja seminggu
yang lalu. Di SMA Kartini, yaitu salah satu SMA favorit di kota Bantul sudah
tersiar kabar tentang adanya pelajaran tambahan atau les. Les terutama
diperuntukkan bagi murid-murid kelas XII yang akan menempuh Ujian Nasional
(lebih kerennya disingkat UN alias uji nyali. Hehehe ☺). Sebelum adanya
Keputusan Menteri Pendidikan Bambang Sudibyo, UN rencananya akan dilaksanakan
pada bulan April 2010 tetapi menyusul Keputusan Menteri Pendidikan maka UN akan
dilaksanakan lebih awal satu minggu yaitu pada tanggal 22 Maret 2010.
“Baru
masuk satu minggu aja udah ada les.” sungut cewek yang aslinya berambut cepak kalau
jilbabnya dilepas. Cewek itu bernama Key, Kaila Nevada tepatnya. Sungutan cewek
tomboi itu membuat suasana kelas XII IPS 2 semakin mirip dengan pasar. Kata-kata
yang muncul pun entah ada artinya atau tidak di KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, itu lho kamus yang tebalnya bisa buat bantal. Hehehe ☺).
“Key,
kamu mau les di luar nggak?” tanya Alya, cewek yang
tingginya bak tiang bendera dan badannya seperti sapu lidi pada Key yang tengah
sibuk makan kuwaci.
“Belum
tahu Al, aku belum tanya sama orang tua. Kamu sendiri gimana?” Key balik bertanya pada
Alya, ia hanya mengangkat bahu.
Ipus,
cewek berkulit hitam yang rajin membaca buku menimbrung pembicaraan Key dan
Alya.
“Les
aja Key, bareng sama aku. Pasti seru.” Ipus terlihat antusias.
“Iya
Key, Al. Aku malah udah mendaftar di Neutron (bukan promosi lho, ☺).” cerocos
Ningrum yang tiba-tiba muncul. Jawaban Key sama seperti Alya, hanya mengangkat
bahu.
Selang
beberapa saat, terdengar pengumuman dari pengeras suara. Kira-kira bunyinya seperti ini:
“Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Pengumuman. Pengumuman ini
ditujukan kepada seluruh kelas XII baik IPA maupun IPS bahwa nanti sore akan
diadakan Uji Coba UN I. Sekian. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Warohmatullahi
Wabarokatuh.
Langsung
saja tanpa dikomando murid-murid kelas XII menyambut pengumuman tersebut dengan
kor yang panjang dan lama. Meskipun hanya Uji Coba UN, tetapi rasanya terlalu
cepat untuk murid-murid yang baru satu minggu naik ke kelas XII. Siapapun dia pasti blingsatan,
sekali pun anak itu pandai.
∞
Selesai
Uji Coba UN I, murid-murid berhamburan keluar kelas dengan wajah yang tak enak
dipandang layaknya baju kusut yang jarang disetrika. Begitu halnya dengan Key
yang memang semalam tidak belajar karena menonton pertandingan sepak bola di
TV.
“Gimana
Nel, bisa mengerjakan nggak?” pertanyaan retoris Key seolah lucu hingga membuat Nella tertawa.
“Hahaha...
Kamu sendiri gimana, emang bisa?” Nella balik bertanya lalu meninggalkan Key
yang masih merapikan isi tasnya.
Rumah
Key yang tak jauh dari sekolahnya membuat Key tidak harus berlama-lama berada
di jalan. Sesampainya di kamar dilemparnya tas punggung abu-abu ke meja
belajarnya, namun karena Key bukan Kobe Bryan (itu lho pemain basket yang jago
banget) lemparannya agak-agak meleset. Jadilah tas sekolah itu mendarat dengan
damai di kolong meja belajarnya. Tapi Key cuek angsa. Dilepasnya sepatu dan
seragam abu-abu yang sedari tadi menempel di tubuh mungilnya itu, lalu bersiap
untuk mandi.
Kungkong...
Kungkong...
Nada SMS handphone Key berbunyi.
^syg,
udh plang?^
SMS
dari Tyo, kakak kelas Key saat Tyo masih SMA dulu sekaligus pacar Key sejak ia
kelas XI.
^udh
kq, cpek bgt nih.^ balas Key dengan cepat.
Akhirnya
Key lupa dengan niatnya untuk mandi, malah sibuk ber-SMS ria dengan sang
pacar. Melihat hal
tersebut ibu Key mengomel.
“Kamu
ini bukannya mandi atau bantu-bantu ibu malah cengar-cengir nggak jelas di
kamar!” omel ibunya. Key sudah biasa mendengar omelan seperti itu, ia hanya
mencibir tak jelas.
∞
Sampai
hari ketiga adanya Uji Coba UN I, keadaan tak jauh berbeda dengan hari pertama.
Lama kelamaan murid-murid kelas XII SMA Kartini terbiasa dengan adanya les atau
Uji Coba UN yang entah sudah sampai yang keberapa itu.
∞
Key,
Alya, Nella, serta murid-murid kelas XII IPS 2 lainnya terhanyut dalam suasana
kelas yang hening. Mereka sibuk berkutat dengan soal-soal integral. Ibu Hasti,
guru Matematika kelas XII merupakan salah satu guru termodis versi SMA Kartini
namun agak keras mengajarnya mengamati anak didiknya yang sedari tadi
mengerjakan soal-soal ulangan yang ia berikan. Sesekali ibu guru modis itu
berdiri dan mengingatkan murid-muridnya untuk belajar yang baik dan benar,
maksudnya adalah murid-murid tidak menyontek saat ulangan dalam bentuk apapun.
“Kalian
termasuk anak-anak yang beruntung hidup di zaman sekarang. Belajar pun sudah
tentu nyaman dengan fasilitas yang ada. Bayangkan zaman ibu dulu. Mau belajar
saja susah karena tidak punya buku panduan, sedangkan kalian sudah ada berbagai fasilitas bahkan internet. Sudah bisa mencari apa pun di internet. Bla bla bla bla
bla...” pidato Ibu Hasti kepada murid-muridnya yang memanfaatkan waktu
tersebut dengan lirik kanan kiri, tengok depan belakang. Tak selang berapa lama
bel tanda
berakhirnya jam pelajaran pun berbunyi, namun masih banyak
murid kelas XII IPS 2 yang belum selesai mengerjakan ulangan.
“Ayo,
cepat kumpulkan sekarang!” perintah Ibu Hasti.
Key
yang mendapat jatah duduk di belakang pun blingsatan karena dari 5 soal yang
diberikan ia hanya dapat mengerjakan 3 soal saja.
“Tam,
bantuin dong!” rengek Key pada teman di depannya yaitu Tama, cowok yang jago bermain
voli.
“Aduh
Key, lihat nih aku cuma bisa ngerjain 3 soal aja. Nah itu sama kayak punya
kamu.”
“Tama,
Key, jangan saling bertanya. Cepat kumpulkan!” Ibu Hasti ternyata melihat adegan panik
murid-muridnya itu.
∞
Hari
Senin, tanggal 22 Maret 2010 telah di depan mata. Dengan perasaan gugup namun
mantap, Key berangkat dari rumahnya. Meskipun jalanan cukup ramai, tak sulit
rasanya untuk menemukan orang berseragam putih abu-abu. Sesampainya di sekolah
Key menghampiri teman-temannya. Ada yang membaca buku dengan tenangnya, seperti
Ipus. Ada yang komat kamit menghafal atau berdoa seperti Alya dan Ningrum.
Bahkan ada yang sibuk bermake-up ria
seolah sebentar lagi tidak terjadi apa-apa.
“Woi
Ma, yang lain sibuk membaca dan menghafal kenapa kamu malah sibuk dandan?”
tanya Key pada Fatma yang sedang asyik memoles bibirnya dengan lipgloss (itu lho lipstik yang bisa bikin bibir lembab dan terlihat menceling).
“Ah kamu
Key, daripada tegang mending dandan kan? Lihat tuh Mono, dari tadi keluar masuk
kamar kecil. Kamu sendiri apa tidak tegang?” tanya Fatma.
“Aku
sudah pasrah pada Yang Di Atas. Semoga saja diberi kelancaran dan
kemudahan. Amin.” Key mengamini sendiri doanya.
“Hahaha...
Kayak orang mau perang aja kamu Key.”
“Lhoh,
memang mau perang kan?”
Dering
bel SMA Kartini yang bunyinya seperti penjual es krim keliling (itu lho yang
bunyinya tululululululut tululut tululut tululululululut tulut tulut) berbunyi
1x, pertanda murid-murid harus masuk ke dalam ruang ujian. Lima belas menit
kemudian bel berbunyi 2x, pertanda UN tahun 2010 dimulai.
Key
yang duduk di deretan terdepan atau Tama yang berada di deretan akhir sama-sama
memeras otak memutar kembali ingatan-ingatan pelajaran yang telah diajarkan
untuk menjawab soal-soal UN Bahasa Indonesia.
Aduh, kenapa sih ini otak tidak
mau diajak kompromi. Batin Key, ia merasa kesulitan untuk
mengingat tentang perluasan makna kata seperti ameliorasi, peyorasi, dan
istilah lain tentang itu. Namun Key tidak mau ambil pusing, ia melewati soal
itu dengan harapan akan mengingat kembali setelah yang lainnya ia kerjakan.
Benar saja, saat bel peringatan berbunyi Key telah menyelesaikan soal-soal
ujian Bahasa Indonesia tersebut. UN I pun selesai kemudian istirahat 30 menit.
Setelah
sholat dhuha, Key menuju ke kantin untuk sekedar membeli permen. Bel pun
berbunyi lagi, segera murid-murid masuk kembali ke dalam ruang yang menentukan
mereka akan lulus atau gagal. Ujian selanjutnya adalah Sosiologi. Pelajaran
yang satu ini mengandung berbagai unsur dari pelajaran lain seperti pelajaran
Sejarah, Kewarganegaraan, bahkan Matematika. Meskipun demikian bacaan yang ada
tidaklah sebanyak pada ujian Bahasa Indonesia.
Saat
bel berbunyi
tiga kali pertanda ujian telah selesai, terlihat pengawas meminta lembar
jawaban Laura secara paksa. Lalu sesampainya di luar Laura merutuk tak jelas.
“Huh...
Sebel, sebel, sebeeel. Belum selesai juga main ambil aja. Huh, nyebeliiiinnn.” rutuk Laura penuh
emosi.
Tak ada
yang menanggapi ocehan Laura, masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri.
Terlihat di pojok kantin Dyah tersedu, Key pun menghampiri teman satu kelasnya
itu.
“Kenapa
Yah?” tanya Key dengan hati-hati.
“Hiks...
Hiks... Hiks... Dari 50 soal yang ada, hanya 35 soal yang bisa aku jawab dengan pasti sedangkan yang 15 belum asal aku jawab. Huhuhuhuhu.
Gimana ini Key? Hiks... Hiks...” jawab Dyah disela-sela tangisannya.
“Sudahlah
Yah, mau gimana lagi. Serahkan saja semua sama Yang Di Atas.
Kamu berdoa aja agar semua jawabanmu tadi benar. Dan kamu harus fokus dengan pelajaran
untuk ujian besok.” ujar Key sok bijak.
Dyah
tidak menanggapi kata-kata Key, ia malah pergi meninggalkan Key yang berusaha
menenangkan dirinya.
Lima
hari Key dan teman-temannya berjuang memeras otak dan memutar memory untuk menjawab soal-soal UN.
∞
Hari-hari
menunggu pengumuman pun terasa begitu lama dan membosankan. Itulah yang dirasakan Key saat ia hanya
sendiri di rumahnya.
“Ah...
Ingin rasanya bekerja. Tapi aku bisa apa?” tanya Key pada dirinya sendiri.
“Kau tak sendiri, ku slalu
bersamamu. Temani aku, sampai habisnya waktu...”
Lagu
milik Mita Mamamia yang menjadi ringtone
di handphone Key berbunyi.
“Halo... Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.”
ucap Key.
“Wassalamu’alaikum
Warohmatullahi Wabarokatuh.” jawab yang diseberang telepon. “Sayang, kamu di
rumah nggak? Temeni aku yuk.” pinta Tyo pada ceweknya itu.
“Memang
mau kemana?”
“Ke
workshop kerja part time. Mau kan?”
“Wah
kebetulan tuh. Yaudah aku mandi dulu ya, dah sayang.” Key mengakhiri telepon.
Tak kurang
dari 1 jam Tyo datang mengenakan setelan HEM putih sampai siku, celana panjang
hitam, dan sepatu kets putih. Sangat serasi dengan kulitnya yang kuning bersih.
Key tak kalah macho walaupun ia cewek.
Ia memakai HEM hitam panjang, celana pensil abu-abu, dan sepatu kets hitam.
Sesampainya
di tempat workshop banyak yang mengira Key cowok, tetapi Key dan Tyo cuek
angsa. Acara tersebut berlangsung selama 2 jam, waktu yang cukup untuk membuat
sepasang kekasih itu lapar. Maka dalam perjalanan pulang mereka menyempatkan
untuk makan di tempat langganan mereka, yaitu di warung mie ayam asal Wonogiri
“Pak Manto” (tempatnya mudah dijangkau karena berada di dekat perempatan Kasongan).
∞
Pengumuman
hasil UN pun tiba, yaitu tanggal 26 April 2010. Di SMA Kartini hampir semua muridnya
merayakan kemenangan, namun ada dua anak yang ternyata gagal dalam UN Utama.
Seorang cowok dari kelas XII IPA 1 Jeni dan seorang cewek dari kelas XII IPA 2
Reina, mereka gagal dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Meskipun
kami yang datang saat itu merasa senang tetapi terselip pula rasa duka karena
tidak bisa berbuat apa-apa untuk kedua teman mereka. Usai acara pengumuman,
diadakan baksos (alias bakti sosial gitu. ☺) ke tempat-tempat yang sudah
ditentukan sebelumnya. Kelas XII IPS 2 mendapat jatah di sebuah panti asuhan
yang tak jauh dari SMA Kartini.
∞
Ritual
coret-mencoret baju tak terelakkan lagi. Hal itu seakan sudah menjadi tradisi
setelah acara kelulusan. Kali ini hanya sebagian murid dari kelas XII IPS saja
yang melakoni acara coret-mencoret dan saling membubuhkan tanda tangan, entah
itu temannya sendiri, adik kelas, ibu kantin, bahkan sampai penjual rujak es
krim dan empek-empek yang mangkal di depan SMA Kartini. Pilox biru, ungu,
hijau, kuning, merah dan warna-warna lain menghiasi baju yang penuh dengan
coretan-coretan.
“Woi...
Mau konvoi kemana nih?” tanya Dino, cowok dari kelas XII IPS 1 yang otaknya
dipenuhi dengan hal-hal porno kepada teman-teman social (sebutan untuk anak-anak
IPS gitu lho. ☺).
“Terserah,
tapi jangan lewat jalan raya ya? Aku belum punya SIM.” pinta Laura.
Langsung saja tawa anak-anak social membahana di pinggir jalan depan SMA
Kartini.
Konvoi
pun dimulai. Key yang diboncengi Hanna tampak di deretan depan arak-arakan
sepeda motor itu.
“Han,
alhamdulillah ya kita lulus, ya walaupun sekolah kita tidak bisa 100%.” ucap
Key sambil teriak karena gemuruh suara sepeda motor milik Feri yang knalpotnya
diblombong.
“Iya,
alhamdulillah banget Key.” balas Hanna tak kalah keras.
∞
Aku tak akan melupakan saat-saat indah
bersama kalian teman-temanku. Semoga kita sukses meskipun kita tak bersama
lagi. Selamat jalan teman-temanku. Aku sayang kalian semua. Batin Key, ia
pun tak kuasa menitikkan air matanya.
“Jabat tanganku mungkin untuk yang terakhir
kali
Kita
berbincang tentang memory di masa itu
Peluk tubuhku usapkan juga air
mataku
Kita terharu seakan tiada bertemu
lagi
Bersenang-senanglah...
Karena hari ini yang kan kita
rindukan
Di hari nanti sebuah kisah klasik
untuk masa depan
Bersenang-senanglah...
Karena waktu ini yang kan kita
banggakan
Di hari tua
Sampai jumpa kawanku semoga kita
selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk
masa depan
Bersenang-senanglah...
Karena hari ini yang kan kita
rindukan
Di hari nanti
Mungkin diriku masih ingin
bersama kalian
Mungkin jiwaku masih haus
sanjungan kalian”
(Kisah Klasik-Sheila On 7)
∞